Iptek  

Sejarah Rempah dan Pelayaran Dunia: Dari Jatuhnya Konstantinopel hingga Perebutan Nusantara

Lukisan pertempuran di dalam kota. Konstantinus terlihat menunggangi kuda putih. (Gambar: Theophilos Hatzimihail. 1932. Constantine Palaeologus the Emperor of the Greco-Romans Exits Fearless in the Battle 1453 Mei 1929.)
Lukisan pertempuran di dalam kota. Konstantinus terlihat menunggangi kuda putih. (Gambar: Theophilos Hatzimihail. 1932. Constantine Palaeologus the Emperor of the Greco-Romans Exits Fearless in the Battle 1453 Mei 1929.)

MASSA.ID Tahukah kalian bahwa sebuah peristiwa sejarah di satu tempat bisa berdampak luas pada wilayah lain? Salah satunya adalah jatuhnya Konstantinopel pada 1453, yang ternyata memberi pengaruh besar pada jalannya sejarah dunia, termasuk Indonesia.

Sejak berabad-abad, rempah-rempah Nusantara seperti pala, cengkih, dan kapur barus menjadi komoditas utama dalam perdagangan global. Namun, siapa sangka bahwa penutupan jalur darat perdagangan Asia–Eropa oleh Turki Utsmani justru mendorong lahirnya penjelajahan samudera besar-besaran dari bangsa Eropa. Inilah awal mula era eksplorasi laut yang berujung pada kedatangan Portugis, Spanyol, hingga Belanda ke Indonesia.

Asia Sebagai Pusat Peradaban Abad Pertengahan

Menurut Buku Sejarah SMA/SMK kelas XI Kemendikbudristek (2021), pada abad pertengahan (abad ke-14 hingga 15), Asia menjadi kawasan termaju di dunia. Pusat ekonomi, ilmu pengetahuan, dan politik berpusat pada Kesultanan Turki Utsmani, Persia, India, dan Cina.

Sebaliknya, Eropa masih berada dalam fase keterbelakangan. Mereka sangat bergantung pada jalur perdagangan Asia untuk mendapatkan komoditas penting, terutama rempah-rempah. Rempah digunakan tidak hanya untuk masakan, tetapi juga obat, parfum, dan pengawet makanan.

Ketika Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Utsmani, situasi berubah drastis. Sultan Muhammad Al-Fatih menutup jalur perdagangan darat melalui kota itu, sehingga harga rempah di Eropa melonjak tajam.

Dampak Jatuhnya Konstantinopel 1453

Penutupan Konstantinopel membuat bangsa Eropa kehilangan akses langsung terhadap rempah-rempah Asia. Keadaan ini mendorong mereka untuk mencari jalur baru melalui laut.

BACA JUGA:  8 Siswa MAN 2 Kota Malang Raih Beasiswa Indonesia Maju dan Lolos ke Kampus Top Dunia

Namun, langkah ini bukan tanpa tantangan. Pada saat itu, masyarakat Eropa masih diliputi mitos-mitos menakutkan tentang lautan. Mereka percaya bumi itu datar, dan berlayar terlalu jauh berarti jatuh ke “ujung dunia”.

Meski demikian, kebutuhan akan rempah memaksa bangsa Eropa untuk berani menantang mitos tersebut. Mereka mulai mengembangkan ilmu navigasi, membuat peta, dan menggunakan kompas. Inilah titik awal lahirnya era penjelajahan samudera yang mengubah sejarah dunia.

Jejak Awal Penjelajahan: Dari Ludovico Varthema hingga Vasco da Gama

Salah satu penjelajah awal adalah Ludovico di Varthema, seorang serdadu Italia yang pada 1502 melakukan perjalanan mencari Kepulauan Rempah. Dalam catatan perjalanannya (Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese), ia menuliskan pengalamannya mengunjungi Kalimantan dan Jawa.

Dalam perjalanannya, Varthema ditemani nakhoda Melayu yang sudah menguasai kompas dan peta. Sang nakhoda bahkan menyebutkan adanya jalur ke sebuah pulau di selatan Jawa yang siangnya hanya empat jam—yang kemudian diduga sebagai Australia. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan navigasi pelaut Nusantara jauh lebih maju daripada yang dimiliki bangsa Eropa pada saat itu.

Selain itu, tokoh penting lain adalah:

  • Diogo Cão (1482–1486): menemukan muara Sungai Kongo dan menandai wilayah Afrika untuk Portugis.
  • Bartholomeus Diaz (1487): berhasil mengitari Tanjung Harapan dan memasuki Samudra Hindia.
  • Vasco da Gama (1497): memimpin pelayaran yang akhirnya tiba di India, membuka jalur laut baru menuju Asia.
BACA JUGA:  Rayakan Hari Anak Nasional 2025, TNP Group dan MUGU Gelar Aksi Bermain Bersama Anak-Anak Marginal di Cijantung

Mualim Nusantara dan Galangan Kapal Jawa

Sumber-sumber Barat mencatat bahwa kemampuan pelaut Nusantara sangat mumpuni. Salah satu tokoh terkenal adalah mualim Ibn Majid, yang membantu Vasco da Gama berlayar dari pantai Afrika menuju India. Hal ini menunjukkan interaksi langsung antara pelaut Nusantara dengan penjelajah Eropa.

Selain itu, galangan kapal di Jawa sudah terkenal sejak abad ke-16. Lasem, di Jawa Tengah, menjadi pusat pembuatan kapal besar, sementara di bagian timur Indonesia, Pulau Kei juga dikenal sebagai pusat industri galangan kapal. Fakta ini memperlihatkan bahwa Nusantara sudah memiliki teknologi maritim yang maju jauh sebelum kolonialisme.

Ekspansi Portugis dan Perebutan Jalur Rempah

Bangsa Portugis menjadi negara Eropa pertama yang serius mencari jalur laut menuju negeri rempah. Dipelopori oleh Pangeran Henry si Navigator, Portugis mendukung ekspedisi pelautnya untuk menaklukkan jalur perdagangan Asia.

Tokoh penting dalam ekspansi Portugis adalah Alfonso de Albuquerque, seorang panglima perang angkatan laut. Ia mendirikan pangkalan militer di India, menguasai Goa pada 1510, dan kemudian mengincar Malaka sebagai pusat perdagangan Asia Tenggara.

BACA JUGA:  Pelatihan Olahan Buah Naga, Solusi Kreatif Tingkatkan Ekonomi Keluarga di Desa Kesilir

Pada 1511, Portugis berhasil merebut Malaka, pintu gerbang utama jalur perdagangan Asia. Dari sini, mereka melanjutkan ekspansi ke Maluku untuk menguasai perdagangan rempah langsung dari sumbernya.

Nusantara: Poros Perdagangan Dunia

Dari uraian di atas, jelas bahwa Nusantara bukanlah wilayah yang terisolasi. Sejak abad-abad awal Masehi, pelaut dan pedagang Nusantara sudah menjelajah Asia, Afrika, bahkan hingga kawasan Arab. Rempah-rempah Nusantara telah lama menjadi komoditas global.

Fakta ini membantah anggapan bahwa perdagangan rempah baru dimulai sejak kedatangan bangsa Eropa. Justru sebaliknya, bangsa Eropa datang karena tertarik pada kemakmuran Nusantara yang sudah menjadi poros perdagangan dunia.

Nusantara adalah simpul penting dalam jalur maritim internasional—tempat di mana kapal-kapal dari Cina, India, Arab, hingga Eropa bertemu, bertukar komoditas, sekaligus menyebarkan agama dan budaya.

Peristiwa jatuhnya Konstantinopel pada 1453 bukan hanya milik sejarah Eropa, melainkan juga menjadi titik balik sejarah dunia. Penutupan jalur perdagangan darat memaksa bangsa Eropa mencari jalur laut baru menuju Asia, yang akhirnya membawa mereka ke Nusantara.

Dengan rempah-rempah sebagai komoditas utama, Nusantara menjadi poros perdagangan dunia dan rebutan kekuatan global. Fakta ini menegaskan bahwa bangsa Indonesia sudah memainkan peran penting dalam sejarah peradaban dunia jauh sebelum kolonialisme datang.***