Iptek  

FIB Unej dan SINTAS Resmikan Kerja Sama, Angkat Isu Gumuk Jember

FIB UNEJ dan SINTAS tandatangani nota kesepahaman. (Foto: Istimewa)
FIB UNEJ dan SINTAS tandatangani nota kesepahaman. (Foto: Istimewa)

MASSA.ID, Jember – Sebuah langkah strategis untuk mengangkat wacana sejarah lingkungan secara lebih luas telah diresmikan. Setelah melalui dialog intensif selama berbulan-bulan, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember dan Asosiasi Sejarah Lintas Batas (SINTAS) secara resmi mengikat kerja sama pada Selasa (7/10), di Aula Sutan Takdir Alisyahbana, FIB Unej. Kemitraan ini lahir dari visi yang sama untuk memperkuat kepedulian terhadap isu ekologi di Indonesia melalui pendekatan kesejarahan.

Penandatanganan nota kesepahaman ini diwakili oleh Wakil Dekan I FIB, Dr. Ikwan Setiawan, dan Co-Founder SINTAS sekaligus Direktur Sintas Karya Bernas (SKB), Diana Trisnawati. Dalam sambutannya, Dr. Ikwan Setiawan menyoroti fungsi vital gumuk sebagai pelindung alamiah dari bencana angin puting beliung. Ia menegaskan pentingnya menjaga kelestarian gumuk yang kini terancam, di mana hilangnya formasi alam ini di beberapa wilayah terbukti berisiko meningkatkan frekuensi bencana.

Senada dengan itu, Diana Trisnawati menekankan bahwa kekayaan alam Jember, mulai dari gunung hingga gumuk, bukanlah sekadar lanskap fisik. Menurutnya, setiap elemen alam tersebut merupakan arsip hidup yang menyimpan narasi panjang tentang interaksi manusia dan lingkungannya. Ia menyatakan bahwa kolaborasi ini bertujuan untuk menggali kembali cerita-cerita tersebut dan mengintegrasikannya ke dalam gerakan pelestarian lingkungan yang lebih luas.

BACA JUGA:  Gelaran Terbesar di Asia Tenggara, Pasar Seni ITB 2025 Hadir Wujudkan Ruang Inklusif dan Inovatif

Sebagai penanda awal kerja sama, sebuah roundtable discussion dan lokakarya bertema “Gumuk: Sejarah, Ekologi dan Memori” digelar selama tiga hari, 7-9 Oktober 2025. Acara ini sukses menarik atensi hampir 100 peserta dari berbagai kalangan, membuktikan relevansi isu yang diangkat. Fokus utama pada gumuk dipilih karena keunikannya sebagai fenomena geologis yang hanya dapat ditemukan di Jember, Tasikmalaya, dan Jepang, menjadikannya objek studi yang krusial.

BACA JUGA:  Dampak Perjanjian Tordesillas hingga Revolusi Prancis terhadap Indonesia

Dalam jangka waktu dua tahun ke depan hingga 2027, kedua lembaga berkomitmen untuk terus menjadikan gumuk sebagai pusat diskusi melalui berbagai perspektif dan kegiatan. Dari lokakarya perdana ini, telah teridentifikasi sejumlah rencana tindak lanjut yang akan dieksekusi secara kolektif untuk memperkaya narasi tentang gumuk. SINTAS, sebagai organisasi nirlaba, siap terlibat aktif dalam menggerakkan inisiatif-inisiatif tersebut.

BACA JUGA:  Wuling Bingo S Hadir dengan Varian Baru, Tembus Jarak Tempuh 525 Km Berkat Baterai 52,9 kWh

Kemitraan antara FIB Unej dan SINTAS ini tidak hanya menjadi representasi komitmen kedua pihak, tetapi juga selaras dengan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kolaborasi ini akan membuka jalan bagi berbagai program akademis yang berdampak, seperti penelitian bersama, seminar, lokakarya, dan kuliah umum, yang semuanya bertujuan untuk melahirkan pengetahuan yang relevan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.***