Iptek  

Dampak Perjanjian Tordesillas hingga Revolusi Prancis terhadap Indonesia

Ilustrasi Cornelis de Houtman menghadap Sultan Banten di Pavilion Istana. (Gambar: Tropenmuseum)
Ilustrasi Cornelis de Houtman menghadap Sultan Banten di Pavilion Istana. (Gambar: Tropenmuseum)

MASSA.IDBanyak orang mengira bahwa sejarah Indonesia hanya terbentuk dari dinamika lokal antarkerajaan. Padahal, perjalanan sejarah bangsa ini tidak bisa dipisahkan dari peristiwa global yang terjadi di Eropa maupun dunia. Menurut Buku Sejarah SMA/SMK Kelas XI Kemendikbudristek (2021), berbagai momentum penting di Nusantara merupakan bagian dari interkoneksi global yang berlangsung sejak abad ke-15.

Peristiwa seperti Perjanjian Tordesillas, Perjanjian Saragosa, hingga Revolusi Prancis membawa pengaruh besar terhadap jalannya sejarah Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Nusantara bukan sekadar penonton, melainkan salah satu pusat penting dalam percaturan global karena posisinya sebagai penghasil rempah-rempah yang sangat bernilai.

Perjanjian Tordesillas: Awal Ekspansi Portugis dan Spanyol

Perjanjian Tordesillas (7 Juni 1494) menjadi tonggak awal penjelajahan bangsa Eropa. Paus Alexander VI membagi dunia menjadi dua zona pengaruh:

  • Spanyol berhak atas wilayah di sebelah barat garis demarkasi.
  • Portugis menguasai wilayah di sebelah timur.

Keputusan ini membuat Portugis berlayar ke timur melalui pantai Afrika, lalu masuk ke Samudra Hindia. Pada 1487, Bartholomeus Diaz berhasil mengitari Tanjung Harapan. Sepuluh tahun kemudian, Vasco da Gama mencapai India pada 1497.

Keberhasilan ini membuka jalan bagi Portugis untuk melanjutkan ekspedisi ke Asia Tenggara, termasuk ke Nusantara. Sejak itulah, jalur rempah-rempah yang sebelumnya dikuasai pedagang Arab dan India, mulai diperebutkan oleh bangsa Eropa.

Perjanjian Saragosa: Persaingan Portugis dan Spanyol di Maluku

Setelah menguasai Malaka pada 1511, Portugis berusaha memonopoli perdagangan rempah. Pada 1512 mereka bersekutu dengan Kesultanan Ternate. Namun dari arah lain, Spanyol yang datang melalui Filipina berhasil menjalin aliansi dengan Kesultanan Tidore pada 1521.

BACA JUGA:  Kemenag Dukung STAIN Meulaboh Naik Status Jadi IAIN, Target Rampung 2025

Kedua bangsa Eropa ini memanfaatkan konflik antar-kerajaan lokal untuk memperluas pengaruhnya. Persaingan sengit itu akhirnya diselesaikan melalui Perjanjian Saragosa pada 22 April 1529. Hasilnya:

  • Spanyol mundur dari Maluku.
  • Portugis resmi memonopoli perdagangan rempah di wilayah tersebut.

Meski demikian, dominasi Portugis tidak berjalan mulus. Kebijakan monopoli mereka menimbulkan perlawanan rakyat Maluku. Puncaknya terjadi ketika Sultan Baabullah berhasil memimpin perjuangan besar untuk mengusir Portugis, terutama setelah ayahnya, Sultan Hairun, dibunuh oleh pihak Portugis.

Kejatuhan Portugis dan Bangkitnya VOC Belanda

Setelah hampir satu abad bercokol di Maluku, Portugis akhirnya kehilangan kekuatannya. Pada 25 Februari 1605, benteng Portugis di Ambon direbut oleh aliansi VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) bersama penduduk lokal, khususnya masyarakat Hitu.

VOC memanfaatkan momentum ini untuk menancapkan dominasinya. Pada 1611, Gubernur Jenderal Pieter Both menjadikan Ambon sebagai pusat VOC di Nusantara. Namun kebijakan berubah di era Jan Pieterszoon Coen (1618), yang memindahkan pusat kekuasaan VOC ke Batavia (Jakarta).

Sejak itu, VOC menguasai jalur perdagangan rempah-rempah, menggantikan Portugis sebagai penguasa baru di kepulauan Indonesia.

Persaingan Inggris dan Belanda: Dampak Konflik Eropa di Nusantara

Tidak hanya Portugis dan Spanyol, Belanda juga menghadapi persaingan dengan Inggris. Konflik global di Eropa, khususnya antara Kekaisaran Habsburg-Spanyol dan Republik Belanda, ikut memengaruhi hubungan kedua negara di tanah jajahan.

BACA JUGA:  Mangadhyayaksara: Membaca Jember Lewat Jejak Aksara

Selama Gencatan Senjata Dua Belas Tahun (1609–1621), muncul kekhawatiran bahwa Inggris akan beraliansi dengan Spanyol. Hal ini membuat hubungan Inggris–Belanda semakin panas, terutama dalam perebutan wilayah dagang di Asia.

Di Nusantara, Inggris sempat mendirikan pos perdagangan, tetapi akhirnya kalah bersaing dengan VOC yang lebih agresif dan memiliki dukungan penuh dari pemerintah Belanda.

Revolusi Prancis dan Dampaknya terhadap Indonesia

Peristiwa global lain yang memengaruhi Indonesia adalah Revolusi Prancis (1789–1799). Revolusi ini dipicu oleh ketidakpuasan rakyat terhadap sistem monarki absolut di bawah Dinasti Bourbon. Ketidakadilan sosial, beban pajak yang berat, serta krisis ekonomi melahirkan revolusi besar yang mengguncang Eropa.

Revolusi menghasilkan perubahan mendalam, termasuk munculnya Napoleon Bonaparte sebagai pemimpin baru Prancis. Ambisi Napoleon meluas hingga ke Belanda. Pada 1795, Belanda jatuh ke tangan Prancis, dan VOC yang saat itu sudah terpuruk karena korupsi dan perang, semakin terbenam dalam krisis.

Pada 1806, Napoleon menunjuk adiknya, Louis Napoleon, sebagai Raja Belanda. Tak lama kemudian, Belanda mengirim Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal di Hindia Belanda (1808).

Daendels membawa misi penting: memperkuat pertahanan Hindia Belanda dari ancaman Inggris. Salah satu proyek terbesarnya adalah pembangunan Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) dari Anyer hingga Panarukan sepanjang 1.000 km.

BACA JUGA:  Rayakan Hari Anak Nasional 2025, TNP Group dan MUGU Gelar Aksi Bermain Bersama Anak-Anak Marginal di Cijantung

Namun, usaha Daendels tidak cukup untuk membendung kekuatan Inggris. Pada akhirnya, Inggris berhasil merebut kekuasaan atas Hindia Belanda melalui Perjanjian Tuntang (1811), yang menandai berakhirnya dominasi Belanda sementara waktu.

Interkoneksi Global: Indonesia dalam Pusaran Sejarah Dunia

Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa sejarah Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa global. Beberapa poin penting yang menegaskan interkoneksi ini antara lain:

  • Perjanjian Tordesillas membuka jalan bagi bangsa Eropa menguasai jalur rempah di Asia.
  • Perjanjian Saragosa menunjukkan persaingan sengit Portugis–Spanyol yang langsung berdampak di Maluku.
  • VOC Belanda muncul setelah kejatuhan Portugis, berkat dukungan politik dan militer yang kuat.
  • Revolusi Prancis dan perang Napoleon memengaruhi perubahan kekuasaan di Hindia Belanda.

Semua peristiwa global ini membuktikan bahwa Nusantara adalah bagian dari jaringan perdagangan dan politik internasional sejak berabad-abad lalu. Indonesia bukanlah wilayah terisolasi, melainkan simpul penting dalam jalur ekonomi dunia.

Sejarah Indonesia tidak bisa dipandang semata-mata dari dinamika internal kerajaan-kerajaan lokal. Faktanya, banyak peristiwa besar di Eropa dan dunia ikut menentukan arah sejarah di Nusantara.

Dari Perjanjian Tordesillas (1494) hingga Revolusi Prancis (1789–1799), interkoneksi global membentuk wajah Indonesia modern. Nusantara menjadi arena perebutan bangsa Eropa karena kekayaan rempah-rempahnya, sementara rakyat lokal memberikan perlawanan gigih yang mewarnai perjalanan bangsa hingga akhirnya merdeka.***