MASSA.ID – Pernahkah Anda mendengar kalimat “Indonesia dijajah selama 350 tahun”? Ungkapan ini sering muncul dalam pelajaran sejarah maupun obrolan sehari-hari. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, klaim tersebut tidak sepenuhnya benar.
Mengapa? Karena selama ratusan tahun, bangsa Belanda tidak langsung menguasai seluruh wilayah Nusantara. Kekuasaan kolonial baru terbentuk secara bertahap, dengan perlawanan lokal yang sengit dan perbedaan kondisi antar wilayah.
Awal Kedatangan Belanda: Dagang, Bukan Menjajah
Menurut Buku Sejarah SMA/SMK kelas XI Kemendikbudristek (2021), pada awal kedatangannya di abad ke-16, Belanda tidak langsung menjajah Nusantara. Motivasi utama mereka adalah perdagangan rempah-rempah. Melalui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang berdiri tahun 1602, Belanda lebih fokus membangun benteng, menjalin persekutuan dengan penguasa lokal, serta memonopoli perdagangan.
Artinya, VOC saat itu bukanlah “pemerintah kolonial” dalam arti penuh, melainkan perusahaan dagang dengan kekuatan militer. Dominasi VOC juga hanya terbatas di daerah tertentu, terutama Maluku, Batavia, dan pusat-pusat perdagangan strategis.
Perlawanan Rakyat: Dari Daerah ke Daerah
Sebelum abad ke-20, gagasan tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) belum lahir. Oleh karena itu, perlawanan rakyat lebih bersifat kedaerahan. Setiap wilayah memiliki tokoh pemimpin sendiri yang menggerakkan perjuangan.
Contoh perlawanan melawan VOC dan Belanda:
- Perang Pattimura (1817) di Maluku.
- Perang Diponegoro (1825–1830) di Jawa.
- Perang Padri (1803–1837) di Sumatra Barat.
- Perang Aceh (1873–1904) di ujung utara Sumatra.
Sayangnya, perlawanan ini sering gagal karena tidak terorganisir secara nasional. Kolonial Belanda menerapkan strategi devide et impera (politik adu domba), membuat rakyat sulit bersatu.
Dua Periode Kolonialisme Belanda
Sejarawan membagi kolonialisme Belanda di Indonesia menjadi dua periode besar:
Masa VOC (1602–1799)
VOC berperan sebagai kekuatan dagang dan militer. Selama hampir dua abad, mereka berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Namun, VOC bangkrut karena korupsi, biaya perang yang tinggi, dan konflik dengan rakyat.
Masa Pemerintah Hindia Belanda (1800–1942)
Setelah VOC bubar, wilayah-wilayah yang dikuasai diserahkan kepada pemerintah Belanda. Dari sinilah lahir Hindia Belanda, sebuah negara koloni yang dikelola langsung oleh pemerintah di Den Haag. Pada masa ini, Belanda mulai memperluas penguasaan ke seluruh kepulauan Indonesia, meski prosesnya berlangsung secara bertahap hingga abad ke-20.
Apakah Seluruh Indonesia Dijajah 350 Tahun?
Jawabannya: tidak.
- Beberapa daerah baru masuk ke dalam kekuasaan Belanda pada abad ke-19 dan 20. Misalnya, Aceh baru benar-benar ditaklukkan setelah perang panjang hingga 1904.
- Di Bali, dominasi Belanda baru menguat setelah serangkaian perang pada abad ke-19.
- Papua bahkan baru sepenuhnya berada di bawah kendali Belanda menjelang abad ke-20.
Artinya, klaim “350 tahun dijajah” lebih merupakan simbol lamanya dominasi kolonial secara umum, bukan fakta kronologis seluruh wilayah Nusantara.
Mengapa Mitos Ini Muncul?
Ungkapan ini populer sejak masa perjuangan kemerdekaan. Tujuannya adalah membangun semangat persatuan bangsa dengan menunjukkan betapa panjang penderitaan rakyat di bawah penjajahan.
Tokoh-tokoh pergerakan nasional menggunakan narasi ini untuk membakar semangat rakyat agar berjuang merebut kemerdekaan. Walaupun secara akademis tidak sepenuhnya akurat, mitos ini berfungsi sebagai alat perjuangan politik.
Fakta Sejarah di Balik Angka 350 Tahun
Pernyataan bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun tidak sepenuhnya benar. Belanda tidak langsung menguasai seluruh wilayah Nusantara sejak awal kedatangannya. Proses penjajahan terjadi secara bertahap, melalui VOC lalu pemerintahan Hindia Belanda, dan selalu diwarnai oleh perlawanan rakyat di berbagai daerah.
Namun, angka 350 tahun tetap menjadi simbol penderitaan panjang bangsa Indonesia di bawah kolonialisme, sekaligus pengingat betapa berat perjuangan menuju kemerdekaan.***