MASSA.ID – Pada abad ke-15, Kerajaan Malaka menjelma sebagai salah satu kerajaan terpenting di Asia Tenggara. Didirikan oleh Parameswara, seorang bangsawan dari Palembang, Malaka awalnya hanyalah desa nelayan kecil. Namun, letak geografisnya yang strategis di Selat Malaka — salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia — menjadikannya pusat perdagangan yang ramai.
Transformasi besar terjadi ketika Parameswara memeluk Islam dan bergelar Sultan Iskandar Syah. Perubahan identitas ini membuat Malaka semakin terbuka dengan dunia Islam. Pedagang Muslim dari India, Timur Tengah, dan berbagai wilayah Nusantara berbondong-bondong singgah di Bandar Malaka. Dari sinilah Malaka tumbuh sebagai bandar internasional yang mempertemukan dunia Barat dan Timur.
Malaka dalam Catatan Sejarah Dunia
Menurut Buku Sejarah SMA/SMK kelas XI Kemendikbudristek (2021), kabar mengenai kejayaan Malaka menyebar hingga ke telinga bangsa Eropa. Saat itu, Portugis telah memiliki pangkalan di Hormuz, Socotra (Teluk Persia), dan Goa (pantai barat India). Dari laporan para pedagang Asia, Portugis mengetahui bahwa Malaka merupakan kunci perdagangan rempah dan jalur maritim Asia.
Untuk memperluas pengaruhnya, Raja Portugal mengutus Diego Lopez de Sequeira pada awal abad ke-16 guna menjalin hubungan persahabatan dengan Sultan Mahmud Syah (1488–1528).
Awalnya, kedatangan Portugis diterima dengan baik. Namun, para pedagang Muslim memperingatkan sultan bahwa Portugis berpotensi mengancam kedaulatan Malaka. Akhirnya, Sultan Mahmud Syah menyerang empat kapal Portugis yang sedang berlabuh. Meskipun kapal itu berhasil lolos kembali ke India, peristiwa ini memutus jalan diplomasi.
Penyerangan Portugis ke Malaka (1511)
Konflik antara Portugis dan Malaka mencapai puncaknya pada tahun 1511. Alfonso de Albuquerque, salah satu panglima perang terbesar Portugis, memimpin serangan besar-besaran dengan membawa 17–18 kapal dan sekitar 1.200 tentara.
Sayangnya, pada saat yang sama Malaka tengah dilanda konflik internal antara Sultan Mahmud Syah dan putranya, Sultan Ahmad. Perpecahan internal ini melemahkan pertahanan kerajaan.
Pertempuran sengit berlangsung sepanjang Juli hingga awal Agustus. Akhirnya, Portugis berhasil menaklukkan Malaka. Albuquerque segera membangun benteng pertahanan untuk menghadapi potensi serangan balik dari pengikut Sultan Mahmud Syah yang melarikan diri ke Aceh.
Kegagalan Portugis Menguasai Perdagangan Asia
Meski berhasil menguasai Malaka secara politik dan militer, Portugis gagal mengendalikan jalur perdagangan Asia. Ada beberapa faktor utama penyebabnya:
- Keterbatasan logistik dan sumber daya manusia: Portugis tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri di Malaka.
- Korupsi internal: Banyak gubernur Portugis yang justru berdagang secara pribadi di pelabuhan Malaya dan Johor.
- Resistensi pedagang Asia: Para pedagang Nusantara, India, hingga Arab mengalihkan perdagangan mereka ke pelabuhan lain yang dianggap lebih aman, seperti Aceh, Banten, dan Johor.
Akibat faktor-faktor ini, Portugis kesulitan menjadi penguasa tunggal perdagangan Asia meskipun telah menguasai Malaka.
Kedatangan Inggris dan Belanda ke Nusantara
Keberhasilan Portugis menemukan jalur rempah-rempah memicu bangsa lain untuk datang ke Nusantara.
- Inggris: Ekspedisi pertama Inggris dipimpin oleh Sir Francis Drake pada tahun 1579. Drake singgah di Ternate, Sulawesi, dan Jawa. Tujuan utama ekspedisi ini adalah mencari jalur perdagangan baru dan rempah-rempah.
- Belanda: Ekspedisi pertama Belanda dipimpin Cornelis de Houtman yang tiba di Banten pada 1596. Sama seperti Portugis dan Inggris, Belanda juga datang untuk berdagang dan mencari rempah-rempah.
Namun, biaya besar yang dikeluarkan untuk ekspedisi membuat perusahaan-perusahaan dagang Belanda merugi. Untuk mengatasi hal itu, pada tahun 1602 mereka membentuk VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).
VOC dan Awal Dominasi Belanda di Nusantara
VOC lahir sebagai perusahaan dagang besar dengan dukungan penuh pemerintah Belanda. Melalui hak oktroi, VOC memiliki kewenangan layaknya sebuah negara, antara lain:
- Mengatur perdagangan rempah.
- Membentuk militer dan armada laut.
- Membangun benteng pertahanan.
- Mencetak mata uang.
- Memungut pajak di wilayah kekuasaannya.
Dengan kekuatan ini, VOC berhasil menggeser Portugis dan menjadi aktor utama dalam perdagangan di Asia Tenggara. Inilah awal mula dominasi Belanda di Nusantara yang berlangsung hingga ratusan tahun kemudian.
Dampak Penaklukan Malaka terhadap Sejarah Nusantara
Penaklukan Malaka oleh Portugis tidak hanya mengubah peta politik di Asia Tenggara, tetapi juga menjadi pintu masuk kolonialisme Eropa di Nusantara.
- Malaka kehilangan kejayaannya sebagai pusat perdagangan.
- Aceh, Johor, dan Banten kemudian muncul sebagai pelabuhan alternatif.
- Nusantara memasuki era kolonialisme panjang, diawali Portugis, disusul Inggris, lalu Belanda.
Sejarah ini menunjukkan betapa strategisnya posisi Nusantara dalam jalur perdagangan global, khususnya rempah-rempah yang pada masa itu menjadi komoditas paling berharga di dunia.
Kerajaan Malaka adalah bukti betapa pentingnya Nusantara dalam sejarah perdagangan dunia. Dari sebuah desa nelayan kecil, Malaka tumbuh menjadi pusat perdagangan internasional berkat visi Parameswara. Namun, kehadiran bangsa Eropa — terutama Portugis — mengubah jalannya sejarah.
Meskipun Portugis berhasil menaklukkan Malaka pada 1511, mereka gagal menguasai sepenuhnya perdagangan Asia. Justru, langkah mereka membuka jalan bagi Inggris dan Belanda untuk masuk ke Nusantara.
Dominasi Belanda melalui VOC kemudian menandai era panjang kolonialisme yang baru berakhir pada abad ke-20. Sejarah Malaka menjadi pengingat bahwa posisi strategis Nusantara selalu menjadi rebutan bangsa asing karena kekayaannya yang luar biasa.***